Bercocok tanam melihat harinya
July 27, 2020
Pada jaman dahulu orang Jawa , luluhur , nenek moyang atau simbah simbah Jawa dahulu memakai melihat hari baik dalam bercocok tanam. Tidak heran kalau ilmunya sangat banyak dan rata rata mumpuni dalam bidangnya. Meskipun tampaknya tidak sekolahan.
Sedang pada generasi jaman now, milenium tidak lagi banyak memperhatikan hal itu. Melainkan melihat hari liburnya kapan untuk bercocok tanam. Mungkin masih ada kalau dia berprofesi seorang petani dan masih aktif hanya bertani saja di sawah atau pedesaan.
Meski dengan cara yang seolah tidak bersekolahan, tidak makan bangku sekolah istilahnya, akan tetapi tidak bisa dipandang remeh temeh. Hasil produksi petani jaman dahulu sangat memuaskan dibanding kan dengan hasil produksi jaman sekarang dengan fasilititas yang pir to pir.
Cuma sekarang semua mau pilihan nomer satu, Bibit padi yang nomer satu, tahan hama, tahan gulma, pupuk nomer satu yang Jozzz, semua menjadi bermodal. Kan semuanya dibeli dengan duit dahulu.
Sedang jaman dahulu seadanya saja dengan pupuk hasil kotoran kandangnya saja, dan sesuatunya diambil dengan cara sendiri tidak dengan peralatan canggih macam saat sekarang.
Kononnya setiap hari ada kaitannya dengan perkara kehidupan manusia, termasuk tanaman juga.
Pada jaman dulu orang menciptakan sesuatu peraturan berdasarkan pengalaman , empirisme. Misalnya Pranata Mangsa (Pranata Musim).
Untuk perhitungan waktu ini mendasarkan kepada perjalanan Matahari. Adapun jumlah "mongso" semua ada 10 mongso ditambah dua Dhestha dan Saddha, dimulai dengan 22 Juni. Tepatnya pada hari ini Matahari berada di belahan bumi Utara. Sehingga bayangan badan condong ke Selatan, sepanjang 4 pecak.
Oleh karena itu lamanya hari dalam satu Mongso berbeda satu sama lain. Karena dasarnya panjangnya bayang bayang badan kita. Se pecak sama dengan satu mongso.
Mongso yang paling pendek adalah Mongso Dhestha dan Mongso Sawelas umurnya 23 hari saja.
Sedang Mongso terpanjang adalah Mongso Kapitu, umurnya 43 hari. Dan pada hari hari tertentu itulah pengalaman demi pengalaman bercocok tanam disimak dititeni oleh orang Jawa jaman dulu. Sekarang menjadi pengetahuan ini.
Yang pasti semua sudah diatur Allah ta ala, ya ingat doa dan bersyukur padaNYA saja.
Pranata Musim
Leluhur Jawa dulu sudah mempertimbangan ilmu ini dalam Pranoto Mongso |
Untuk perhitungan waktu ini mendasarkan kepada perjalanan Matahari. Adapun jumlah "mongso" semua ada 10 mongso ditambah dua Dhestha dan Saddha, dimulai dengan 22 Juni. Tepatnya pada hari ini Matahari berada di belahan bumi Utara. Sehingga bayangan badan condong ke Selatan, sepanjang 4 pecak.
Oleh karena itu lamanya hari dalam satu Mongso berbeda satu sama lain. Karena dasarnya panjangnya bayang bayang badan kita. Se pecak sama dengan satu mongso.
Mongso yang paling pendek adalah Mongso Dhestha dan Mongso Sawelas umurnya 23 hari saja.
Sedang Mongso terpanjang adalah Mongso Kapitu, umurnya 43 hari. Dan pada hari hari tertentu itulah pengalaman demi pengalaman bercocok tanam disimak dititeni oleh orang Jawa jaman dulu. Sekarang menjadi pengetahuan ini.
Hari Mungguhing Tanaman
Ada beberapa hari kalau mengikuti orang jaman dulu dalam menanam. Setiap hari mempunyai pembawaan keberuntungan dalam tanaman. Seperti misalnya sebagai berikut:- Rabu : waktunya menanam yang bakal berbuah, mangga, durian
- Kamis: Ubi
- Jumat: Batangnya
- Sabtu: Dahannya
- Ahad: Daunnya
- Senin: daun dan bunga
- Selasa: Bunga
Yang pasti semua sudah diatur Allah ta ala, ya ingat doa dan bersyukur padaNYA saja.